Bukan suatu yang aneh jika tunggangan balap liar sarat dengan trik. Cara
smart mencari celah kelemahan motor lawan. Apalagi regulasi motor balap
liar itu buram alias nggak jelas seperi balap resmi. Semua motor bisa
gas pol.., rem pol…
“Yang penting jenis motor sama atau masih
dalam satu varian. Selain itu, tampilan motor harus dominan standar.
Tapi balap ini nggak menutup kemungkinan adu beda varian dan tergantung
gimana kesepakatannya,
Makanya biar bisa tarung dengan motor sejenis
atau beda varian, Bontot melakukan trik yang bisa dikatakan fenomenal.
Pasalnya tuner motor drag resmi ini sukses menggarap Honda Supra X 100
jadi 6 speed atau 2 gigi lebih banyak dari standarnya. Fantastis.
Kenapa
fantastis, lantaran kebanyakan mekanik baru bisa melakukan ubahan ini
hanya sampai pada tahap 5 speed atau naik 1 gigi. Sementara motor
berkapasitas silinder murni 97 cc itu masih bisa tambah 2 gigi lagi.
Bagaimana dengan crankcase dan silinder. Apakah alami ubahan yang
ekstreme?
Diakui Bontot kalau Supra X memang banyak alami ubahan.
Sebab menurutnya, mana mungkin ada penambahan gigi girboks tapi tidak
diimbangi pembesaran di ruang crankcase. Mau taruh dimana lagi 2 gir
rasio tambahannya.
Hanya saja ubahan kali ini tak sekadar atur ulang
lubang dudukan ke-2 poros pegangan gigi rasio. Tapi dengan susunan gigi
rasio lebih banyak dan panjang, maka ruang bak mesin diperbesar dengan
cara menambah paking aluminium setebal 3 mm di antara blok tengah.
Otomatis
tebal paking yang memperluas ruang bak mesin memudahkan Bontot menyusun
masing-masing perbandingan gigi. Mulai dari gigi 1 sampai 6 hasil
comotan dari masing-masing merek, kemudian disusun di dalam as girboks
yang tak mau disebut mereknya itu.
“Pokoknya semua pakai
perbandingan gigi lebih ringan. Dimulai dari gir primer-sekunder dengan
perbandingan (17/67). Lalu gigi satu rasionya (14/47), 2 (17/33), 3
(24/28), 4 (25/24), 5 (23/26) dan gigi ke 6 (25/25),” imbuh mekanik yang
memulai karirnya dari joki motor drag bike.
Lalu sebagai penyeimbang
ubahan di bak girboks, Bontot juga mengatur ulang posisi batang stut
kopling agak pendek lantaran rumah kopling makin maju ke bak mesin.
Dan
selain mengatur ulang posisi baut pengangan mesin di rangka, doi juga
bilang kalau crankcase sebelah kanan itu comot dari motor Cina (Mona).
Lantaran pompa oli jadi satu alias enggak terpisah seperti punya Supra X
yang batang pompa olinya melintang di lubang setang piston.
Pantas
bisa diisi gigi 6 speed. Dan keuntungannya setelah ruang bak girboks
lega, volume silinder bisa dibore up lebih gede lagi dan nggak cuma
mentok pakai piston Kawak Kaze.
Maksudnya, sekarang ini pakai
silinder blok dan head Yamaha Jupiter-Z . Sedang piston pakai punya
Tiger 2000 oversize 200 diameter 65,5mm di setang piston Kawak ZX130.
Stroke naik 5 mm setelah adopsi kruk-as Honda Karisma.
“Cuma posisi
baut pegangan mesin mesti diatur ulang, terutama ke-4 lubang ulirnya.
Dan yang paling banyak digeser adalah jarak baut ke atas. Karena tidak
diganjal paking seperti blok tengah,” lanjut Bontot sambil jelasin kalau
kaki piston Tiger mesti dipotong biar nggak mentok ke setang
piston.maju terus korek motor Indonesia.
Menghitung Volume Silinder
Volume
silinder ato cylinder capacity adalah volume ruang dari ruang bakar
mesin yang dihitung saat piston berada di TMB (titik mati bawah) sampai
posisi TMA (titik mati atas). Jadi yang dihitung adalah volume
pergerakkan piston dari TMB ke TMA, atau sebaliknya. Sedangkan volume
ruang di atas piston saat di posisi TMA disebut volume ruang bakar atau
combustion chamber. Volume ini bukan termasuk volume silinder.
Nah, untuk menghitung volume silinder kita perlu tahu dahulu rumusan yang dipakai.
Volume
silinder biasa disimbolkan dengan V2, dengan satuan cc (centimeter
cubic) ada juga yang memakai satuan cf (cubic feet) dan cubic inchi.
V2 = 0,785 x D x D x S x n.
Dimana :
V2 : volume silinder (cc ato cm3)
D : diameter silinder atau piston (cm)
S : panjang langkah piston (cm) ato jarak antara TMA ke TMB.
n : jumlah silinder.
Oke, kalau udah tahu rumus nya, kita bahas masing2 variable...
•0,785
adalah konstanta, sebenarnya didapat dari penyederhanaan rumus phi/4.
Karena rumus volume silinder sama dengan rumus volume tabung.
•D
adalah bore atau diameter dari silinder dalam yang diukur dengan alat
bore gauge (atau pake' jangka sorong/ mistar geser jika tak memiliki
bore gauge) atau juga diameter piston dengan micro meter.
•S adalah stroke atau panjang langkah piston adalah jarak antara TMA sampai TMB.
•n adalah banyak nya silinder. Contoh: mesin CBR 1000cc 4silinder, berarti n=4. Mesin Yamaha Scorpio 225cc 1silinder, n=1.
Nah, jika sudah memahami variable rumus diatas, kita coba menghitung volume silinder.
Coba lihat data atau spesifikasi teknis mesin yang ada di brosur penjualan motor atau mobil.
Biasanya tertulis bore x stroke = 50 x 49,5mm (Honda supra fit satu silinder).
Maka, rubah satuan mm menjadi cm.
D = 50mm= 5cm, S = 49,5mm= 4,95cm.
Maka, volume silinder
V = 0,785 x 5 x 5 x 4,95 x 1
V = 97,14375 cc.
Contoh lain, mesin Honda Blade
D = 50mm, S = 55,2 mm
Maka, volume silinder
V = 0,785 x 5 x 5 x 5,52
V = 108,3 cc.
Tipe Busi
- Busi Standart
Busi standar dipakai pada mesin bensin, kendaraan roda-4 (mobil), maupun kendaraan roda-2 (motor) untuk pemakaian sehari—hari.
- Busi Resistor
Sistem
Kelistrikan pada kendaraan dengan teknologi digital atau elektronik
(EFI) dengan arus kecil dengan terganggu dengan pemakaian busi standard,
Gangguan tersebut juga bisa dirasakan pada televisi dan radio akibat
interfrensi gelombang
-Busi Platinum (ZU)
Busi platinum
dirancang untuk pemakaian sehari-hari maupun untuk racing. Dengan daya
hantar platinum yang lebih baik, menjamin unjuk kerja mesin lebih baik
walaupun pada suhu tinggi dan beban berat. Kebutuhan tegangan busi
platinum juga lebih kecil dibanding busi standar sehingga memberikan
kemudahan start.
-Busi Iridium
Busi Iridium adalah busi
generasi baru dengan ujung elektroda positif berdiameter 0,7 mm untuk
pemakaian standar dengan umur pemakaian lebih panjang. Sedangkan
diameter 0,4 mm merupakan yang terkecil didunia dipakai untuk kecepatan
tinggi atau balapan. Bahan ujung inti elektroda yang digunakan adalah
campuran Iridium dan Rhodium (Iridium alloy). Keistimewaan Busi Iridium
antara lain dapat menambah campuran bahan bakar udara yang miskin
sehingga meningkatkan performa pembakaran baik pada kondisi idle maupun
saat berkendara. Kebutuhan tegangan juga lebih baik disetiap kondisi,
demikian juga dengan daya akselerasinya.
info teknik:
Untuk
menghasilkan unjuk kerja busi yang baik, diperlukan pemasangan yang baik
pula. Pemasangan busi yang salah dapt merusak busi ataupun mesin.
Prosedure :
- pasang busi menggunakan tangan sampai putaran maksimal
- lanjutkan dengan menggunakan kunci busi sebesar setengan putaran
- bila menggunakan kunci mpment, perhatikan tabel di bawah ini
8 mm 0.8 ~1.0 kg.m
10 mm 1.0~1.2 kg.m
12 mm 1.5~2.0 kg.m
14 mm 2.0~2.5 kg.m
18 mm 3.0~4.0 kg.m
Tingkat Panas Busi
Tingkat
panas busi adalah kemampuan busi dalam menyerap & membuang panas.
Menurut tingkat panasnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu Busi Dingin
& Busi Panas. Tingkat panas busi ditunjukan dengan nomor tingkat
panasnya.
Kondisi Busi Normal:
-Insulator terlihat coklat atau keabu-abuan. Hanya sedikit terdapat bekas pembakaran yang menutupi electroda-electrodanya.
-Mudah dihidupkan, juga pada putaran mesin tinggi ataupun rendah, mesin bekerja dengan baik.
Kondisi Busi Abnormal:
-KOTORAN OLEH KARBON (CARBON FOULING)
Ciri: Insulator dan elektroda tertutup oleh lapisan serbuk karbon kering berwarna hitam.
Kondisi
Mesin: Mesin susah dihidupkan, mesin tidak stabil pada kecepatan
rendah. Penambahan kecepatan tidak bekerja lagi, dan terjadi mesin mati.
Penyebabnya:
1. Kesalahan pemakaian nomor tingkat panas busi.
2. Campuran bahan berlebihan (Karburator banjir).
3. Saringan udara tersumbat (kotor)
4. Bahan bakar tidak baik mutunya
5. Terlalu lama dipakai pada kecepatan rendah
6. Cuk tidak pada posisi off
7. Kelambatan pada waktu penyalaan
Solusi:
1. Penggunaan bahan bakar yang baik
2. Diperlukan perbaikan (service).
3. Gantilah busi dengan nomor tingkat panas busi yang setingkat lebih panas (nomor kecil)
-KOTORAN OLEH OLI (OIL FOULING)
Ciri: Basah oleh oli yang melapisi permukaan insulator dan elektroda. Kelihatan hitam dan basah.
Kondisi
Mesin: Hampir 90% gangguan mesin yang disebabkan oleh busi, dikarenakan
kotor oleh endapan karbon (carbon fouling), kotor oleh endapan oli dan
kotor oleh endapan timah hitam.
Penyebabnya:
1. Kerusakan pada piston ring (piston ring aus) atau renggangnya klep tidak tepat.
2. Campuran gas bensin dan udara berlebihan (terlalu banyak bensin)
3. Pada mesin 2 tak, campuran oli terlalu banyak/melebihi pemakaian standar.
4. Mesin baru saja turun mesin (overhaul) dimana pada waktu pemasangan bagian mesin menggunakan banyak oli
Solusi:
1. Ganti/perbaiki bagian mesin yang sudah aus/rusak.
2. Stel/bersihkan karburator.
3. Gantilah busi dengan nomor tingkat panas busi yang setingkat lebih panas (nomor kecil)
4. Pada mesin 2 tak, stel pompa oli sesuai dengan standar
5. Gunakan Spesifikasi oli mesin yang tepat (sesuai Standar) dan bermutu baik.
-KOTORAN OLEH TIMAH HITAM
Ciri: Insulator berwarna kuning juga coklat
Kondisi Mesin: Mesin terasa tersendat-sendat pada waktu menambah kecepatan (akselerasi) atau pada waktu kecepatan tinggi.
Penyebabnya:
Bensin yang bercampur dengan senyawa timah hitam. Bekas pembakaran
senyawa ini, menempel pada ujung busi. Bila kendaraan akselerasi atau
dengan kecepatan tinggi, senyawa itu akan meleleh sehingga menimbulkan
kebocoran listrik dan kegagalan pembakaran.
Solusi:
1. Gantilah busi dengan nomor tingkat panas busi yang setingkat lebih panas (nomor kecil)
2. Pergunakan bensin premium
3. Jangan mengemudi dengan kecepatan rendah terlalu lama
-KOTORAN OLEH ENDAPAN (DEPOSIT FOULING)
Ciri:
Endapan sisa penbakaran atau kerak busi, banyak menempel pada permukaan
insulator dan elektroda busi dengan warna yang bermacam-macam.
Kondisi Mesin: Terasa ada gangguan pembakaran pada waktu menambah kecepatan atau pada waktu kecepatan tinggi.
Penyebabnya:
1. Oli yang dipakai kurang baik mutunya.
2. Saringan udara tidak ada (dilepas).
3. Untuk mesin 4 tak, oli mesin naik ke ruang bakar (piston & piston ring aus).
Solusi:
1. Perbaiki/ganti bagian yang rusak.
2. Perbaiki/ganti saringan udara.
3. Pergunakanlah oli yang bermutu baik dan campuran yang tepat
4. Gunakan Spesifikasi oli mesin yang tepat (sesuai Standar) dan bermutu baik.
-PANAS BERLEBIHAN (OVER HEATING)
Ciri:
Bagian insulator berwarna putih pucat dan elektroda-elektrodanya
terbakar berwarna keungu-unguan serta terlihat aus. Bila kondisi ini
diteruskan, ujung-ujung elektrodanya dapat meleleh.
Kondisi Mesin:
Tenaga mesin menjadi hilang dan kecepatan pun berkurang. Hal ini timbul
apabila dalam kecepatan tinggi, pendakian yang lama atau dengan muatan
yang berat. Bila elektroda busi sudah meleleh, pistonpun dapat menjadi
rusak (berlubang).
Penyebabnya:
1. Kekeliruan memilih nomor tingkat panas busi.
2. Waktu penyalaan (ignition timing) terlalu cepat.
3. Sistim pendinginan kurang baik.
4. Campuran gas bensin dan udara terlalu tipis (terlalu banyak udara).
Solusi:
1. Pergunakanlah busi dengan nomor tingkat panas busi (heat range) yang setingkat lebih dingin.
2. Sesuaikanlah waktu pengapian (ignition -> timing).
3. Periksa/perbaiki sistim pendinginan
4. Stel dan bersihkan karburator.